TINDAKAN DALAM KALA URI
Definisi
Kala uri adalah kurun waktu antara lahirnya anak dan lahirnya plasenta. Pelepasan plasenta biasanya terjadi dalam 5 menit setelah annak lahir dengan variasi antara 3 dan 30 menit.
Pengelolaan Kala Uri
PERDARAHAN POSTPARTUM
RETENSIO PLASENTA
untuk mencegah retensio plasenta dapat disuntikan 0,2 mg methergin i.v. atau 10 u oksitisin i.m. waktu bayi baru lahir.
Penganan
pada semua retensio plasenta diusakan pelepasan plasenta secara manual. Kalau plasenta dengan pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya
Definisi
Kala uri adalah kurun waktu antara lahirnya anak dan lahirnya plasenta. Pelepasan plasenta biasanya terjadi dalam 5 menit setelah annak lahir dengan variasi antara 3 dan 30 menit.
Pengelolaan Kala Uri
- penglolaan kala uri terutama ditujukan pada pembatasan jumlah perdarahan dan dengan demikian menghindarkan syok hemoragik, komplikasi syok hemoragik dan kematian.
- Pembatasan perdarahan sangat penting di negara berkembang, karena banyak sekali ibu yang hamil menderita anemia artinya mempunyai Hb < 10 g%. Pengelolaan kala uri yang berhasil artinya menghemat darah, dan akan juga mengurangi insideni infeksi nifas.
PERDARAHAN POSTPARTUM
- perdarahan postpartum ialah perdarahan yang melebihi 500cc dalam 2 jam setelah anak lahir. Perdarahan postpartum terutama disebabkan oleh atonia uteri walaupun kadang-kadang dapat disebabkan oleh luka jalan lahir seperti robekan serviks dan ada kalanya oleh ruptura uteri.
- atonia uteri sering terjadi kalau uterus kurang mampu berkontraksi dengan baik antaranya karena dinding rahim diregang secara berlebihan. Karena itu atonia uteri besar kemungkinan terjadi pada gemeli, hidramnion, bayi besar, solusio plasentae, grande multipara dan juga pada plasenta previa.
- robekan serviks dapat terjadi setelah persalinan operatif, khususnya yang sulit, misalnya ektaksi cunam, dekapitasi, dan sebagainya.
- pencegahan perdarahan postpartum dapat dilakukan dengan penyuntikan 10 u oksitosin i.m. segera setelah anak lahir pada semua pasien dengan predisposisi perdarahn atonik seperti tersebut di atas.
- setelah persalinan operatif yang sulit, dilakukan pemeriksaan dengan spekulum untuk melihat kemungkinan robekan serviks, diikuti eksplorasi rongga rahim untuk mencari ada tidaknya robekan rahim.
- gejala yang terpenting dari perdarahan atonia ialah perdarahan dari uterus yang kurang baik kontraksinya. Jika ini terjadi pada kala III, maka pasien segera disuntik 10 u oksitosin i.m. Selanjutnya kandung kemih dikosongkan dan dilakukan masase uterus.
- setelah ada tanda pelepasan plasenta, plasenta segera dilahirkan dengan tekanan pada fundus. Jika perdarahan tidak berhenti dan plasenta belum lepas juga, apalagi kalau perdarahan sudah mencapai ± 400 cc atau perdarahan deras sekali, maka plasenta segera dilepaskan secara manual. Robekan serviks dan robekan rahim biasanya ditanggulangi dalam kala IV. Sesuai keadaan, pasien diberi infus atau transfusi dan setelah plasenta lahir dapat disuntikan 0,2 mg methergin i.m. atau i.v.
RETENSIO PLASENTA
- istilah retensio plasenta digunakan kalu plasenta belum lahir dalam ⅟2 jam sesudah anak lahir. Sebab retensio plasenta dibagi dalam 2 golongan ialah sebab fungsional dan sebab patologi anatomik. Termasuk sebab fungsional ialah his yang kurang kuat (sebab utama) atau plasenta sulit lepas karena tempat melekatnya kurang menguntungkan seperti di sudut tuba atau karena ukuran plasenta sangat kecil. Dalam sebab patologi anatomik termasuk plasenta akreta.
- secara terinci plasenta akreta dibagi dalam plasenta akreta, inkreta atau praketa. Pada plasenta akreta vili korialis menanamkan diri lebih dalam ke dalam dinding rahim daripada biasa ialah sampai ke batas antara endometrium dan miometrium. Pada plasenta inkreta vili korialis masuk ke dalam lapisan otot rahim dan pada perkreta menembus lapisan otot dan mencapai serosa atau menembusnya. Plasenta akreta ada yang kompleta dimana seluruh permukaan plasenta melekat dengan erat pada dinding rahim dan ada parsialis dimana hanya beberapa jbagian saja dari plasenta dengan erat pada dinding rahik. Etiologi retensio plasenta tidak diketahui dengan pasti sebelum tindakan.
untuk mencegah retensio plasenta dapat disuntikan 0,2 mg methergin i.v. atau 10 u oksitisin i.m. waktu bayi baru lahir.
Penganan
pada semua retensio plasenta diusakan pelepasan plasenta secara manual. Kalau plasenta dengan pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya
Categories:
0 komentar:
Posting Komentar