Enter Slide 1 Title Here

Go to Template. Click on Edit HTML. Replace these texts with your own description. This template was designed by NewBloggerThemes.com ...

Enter Slide 2 Title Here

Go to Template. Click on Edit HTML. Replace these texts with your own description. This template was designed by NewBloggerThemes.com ...

Enter Slide 3 Title Here

Go to Template. Click on Edit HTML. Replace these texts with your own description. This template was designed by NewBloggerThemes.com ...

Enter Slide 4 Title Here

Go to Template. Click on Edit HTML. Replace these texts with your own description. This template was designed by NewBloggerThemes.com ...

Senin, 10 Februari 2014

ALUR THYPOID

Posted by Unknown On 07.28

Rabu, 08 Januari 2014

SENGGAMA TERPUTUS

Posted by Unknown On 21.02
METODE KONTRASEPSI
  1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
  2. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
  3. Senggama Terputus
  4. Metode Barier
  5. Kontrasepsi Kombinasi
  6.  Kontrasepsi Progestin
  7. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
  8. Kontrasepsi Mantap
SENGGAMA TERPUTUS
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.

Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.

Manfaat
Kontasepsi
  • Efektif bila digunakan dengan benar.
  • Tidak mengganggu produksi ASI.
  • Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
  • Tidak ada efek samping.
  • Dapat digunakan setiap waktu.
  • Tidak membutuhkan biaya.
Nonkontrasepsi
  • meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
  • Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam.
Keterbatan
  • Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4 - 18 kehamilan per 100 perempuan per tahun)
  • Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis.
  • Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.
Dapat Dipakai untuk
  • Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana.
  • Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak memakai metode-metode lain.
  • Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera.
  • pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang lain.
  • Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.
  • Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.
Tidak Dapat Dipakai untuk
  • Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.
  • Suami yang sulit melakukan senggama terputus.
  • Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.
  • Ibu yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama.
  • Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.
  • Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.
sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2003

Minggu, 29 Desember 2013

METODE KELUARGA BERENCANA ALAMIAH (KBA)

Posted by Unknown On 22.05
METODE KONTRASEPSI

  1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
  2. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
  3. Senggama Terputus
  4. Metode Barier
  5. Kontrasepsi Kombinasi
  6.  Kontrasepsi Progestin
  7. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
  8. Kontrasepsi Mantap
 METODE KELUARGA BERENCANA ALAMIAH (KBA)
  • Ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung
  • Efektif bila dipakai dengan tertib
  • Tidak ada efek samping
Pasangan secara sukarela menghindari senggama pada masa subur Ibu (ketika ibu tersebut dapat menjadi hamil), atau senggama pada masa subur unruk mencapai kehamilan. Metode keluarga berencana alamiah berdasarkan kesadaran penuh dari siklus reproduksi ibu tersebut.

Cara Kerja
Metode Lendir Serviks atau lebih dikenal sebagai Metode Ovulasi Billings/MOB atau metode dua hari mukosa serviks dan Metode Simtomtermal adalah yang paling efektif. Cara yang kurang efektif misalnya Sistem Kalender atau Pantang Berkala dan Metode Suhu Basal yang sudah tidak diajarkan lagi oleh pengajar KBA. Hal ini disebabkan oleh kegagalan yang cukup tinggi (>20%) dan waktu pantang yang lebih lama. lagi pula sudah ada cara lain yang lebih efektif dan masa pantang lebih singkat. Di Indonesia dengan surat dari BKKBN pusat kepala BKKBN Provinsi dengan SK 6668/K.S. 002/E2/90, tgl. 28 Desember 1990, Metode Ovulasi Billings (MOB) sudah diterima sebagai salah satu Metode Kb (Mandiri).

Mekanisme Kerja
Untuk Kontrasepsi
senggama dihindari pada masa subur yaitu pada fase siklus menstruasi di mana kemungkinan terjadi konsepsi/kehamilan.

Untuk Konsepsi/mencapai kehamilan
senggama direncanakan pada masa subur yaitu dekat dengan pertengahan siklus (biasanya pada hari ke 10-15), atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan, ketika kemungkinan besar terjadinya konsepsi.

Manfaat
Kontrasepsi
  • Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan
  • Tidak ada risiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi
  • Tidak ada Efek samping sistemik
  • Murah atau tanpa biaya
Nonkontrasepsi
  • meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
  • menambahkan pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri
  • Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui peningkatan komunikasi antara suami istri/pasangan.
Keterbatasan
  • sebagai kontasepsi sedang (9-20 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian). Catatan untuk Metode Ovulasi Billings bila aturan ditaati kegagalan 0% (kegagalan metode/method failure dan 0-3% kegagalan pemakai/user's failure, yaitu pasangan dengan sengaja atau tanpa sengaja melanggar aturan untuk mencegah kehamilan).
  • kefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti instruksi.
  • Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis KBA yang paling efektif secara benar.
  • Dibutuhkan pelatih/guru KBA (Bukan Tenaga Medis)
  • Pelatih/guru KBA harus mampu membantu ibu mengenali masa suburnya, memotivasi pasangan untuk menaati aturan jika ingin menghindari kehamilan dan menyediakan alat bantu jika diperlukan; misalnya buku catatan khusus, termometer (oral atau suhu basal)
  • Perlu pantang selama masa subur untuk menghindari kehamilan
  • Perlu pencatatan setiap hari
  • Infeksu vagina membuat lendir serviks sulit dinilai.
  • Termometer basal diperlukan untuk metode tertentu
  • Tidak terhitung dari IMS termasuk HBV (Virus Hepatitis B) dan HIV/AIDS
Yang Dapat Menggunakan KBA
untuk kotrasepsi
  • semua peremouan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.
  • Semua perempuan dengan paritas berapapun termasuk nulipara.
  • Perempuan kurus ataupun gemuk
  • Perempuan yang merokok
  • Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu a.l. hipertensi sedang, varises, dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.
  • Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode lain.
  • Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain.
  • Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid.
  • Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan
untuk konsepsi
  • pasangan yang ingin mencapai kehamilan, senggama dilakukan pada masa subur untuk mencapai kehamilan.
Yang Seharusnya Tidak Menggunakan KBA
  • perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu kondisi risiko tinggi.
  • Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus), kecuali MOB.
  • Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB.
  • Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja sama (berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus haid.
  • Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genetalianya.

Jumat, 27 Desember 2013

KONTRASEPSI METODE AMENOREA LAKTASI

Posted by Unknown On 22.41
METODE KONTRASEPSI

  1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
  2. Keluarga Berencana Alamiah
  3. Senggama Terputus
  4. Metode Barier
  5. Kontrasepsi Kombinasi
  6. Kontrasepsi Progestin
  7. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
  8. Kontrasepsi Mantap

METODE AMENOREA LAKTASI (MAL)
  • Metode Amenorea Laktasi adalah kontrasepsi yang mengendalikan pemberian Air Susu Ibu (ASI).
  • MAL sebagai kontrasepsi bila:
    • Menyusui secara penuh (full breast feeding);
    • belum haid; 
    • umur bayi kurang dari 6 bulan.
  • Umur bayi kurang dari 6 bulan.
  • Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontasepsi lainnya.
Cara Kerja
  • Penundaan/penekanan ovulasi.
Keuntungan Kontrasepsi
  • Efektifitas Tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan)
  • segera efektif
  • Tidak mengganggu senggama
  • Tidak ada efek samping secara sistemik
  • tidak perlu pengawasan medis
  • tidak perlu obat atau biaya
  • tanpa biaya
Keuntungan Non-Kontrasepsi
Untuk Bayi
  • mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI)
  • Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal.
  • Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai.
Untuk Ibu
  • mengurangi perdarahan pasca persalinan.
  • mengurangi risiko anemia.
  • meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.
Keterbatasan
  • perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan.
  • mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
  • efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.
  • tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.
Yang Dapat Menggunakan MAL
 Ibu yang mmenyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapatkan haid setelah melahirkan.


Table : keadaan yang memerlukan perhatian
Keadaan
Perhatian
Ketika mulai memberikan makanan pendamping secara teratur (menggantikan satu kali menyusui)
Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien harus dodorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
Ketika haid sudah kembali
Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
Bayi menghisap susu tidak sering (on demand)
Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien harus dodorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
Bayi berumur 6 bulan atau lebih
Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien harus dodorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.

Yang Seharusnya Tidak Pakai MAL 
  • sudah mendapat haid setelah bersalin.
  • tidak menyusui secara eksklusif.
  • bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.
  • bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.
Beberapa catatan dari konsensus Bellagio (1988) untuk mencapai ke efektifan 98%
  • ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2 teguk air/minuman pada upacara adat/agama.
  • perdarahan sebelum 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid)
  • bayi menghisap secara langsung.
  • menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir
  • kolostrum diberikan kepada bayi
  • pola menyusui on demang dan dari kedua payudara.
  • sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari
  • hindari jarak menyusui lebih dari  jam
Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid, tetapi dapat juga tanpa didahului haid. efek ketidak suburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek:
  • Cara Menyusui 
  • seringnya menyusui
  • lamanya setiap kali menyusui
  • jarak antara menyusui
  • kesungguhan menyusui

Kamis, 26 Desember 2013

Posted by Unknown On 20.49
TINDAKAN DALAM KALA URI

Definisi
Kala uri adalah kurun waktu antara lahirnya anak dan lahirnya plasenta. Pelepasan plasenta biasanya terjadi dalam 5 menit setelah annak lahir dengan variasi antara 3 dan 30 menit.

Pengelolaan Kala Uri
  1. penglolaan kala uri terutama ditujukan pada pembatasan jumlah perdarahan dan dengan demikian menghindarkan syok hemoragik, komplikasi  syok hemoragik dan kematian.
  2. Pembatasan perdarahan sangat penting di negara berkembang, karena banyak sekali ibu yang hamil menderita anemia artinya mempunyai Hb < 10 g%. Pengelolaan kala uri yang berhasil artinya menghemat darah, dan akan juga mengurangi insideni infeksi nifas.

PERDARAHAN POSTPARTUM
  1. perdarahan postpartum ialah perdarahan yang melebihi 500cc dalam 2 jam setelah anak lahir. Perdarahan postpartum terutama disebabkan oleh atonia uteri walaupun kadang-kadang dapat disebabkan oleh luka jalan lahir seperti robekan serviks dan ada kalanya oleh ruptura uteri.
  2. atonia uteri sering terjadi kalau uterus kurang mampu berkontraksi dengan baik antaranya karena dinding rahim diregang secara berlebihan. Karena itu atonia uteri besar kemungkinan terjadi pada gemeli, hidramnion, bayi besar, solusio plasentae, grande multipara dan juga pada plasenta previa.
  3. robekan serviks dapat terjadi setelah persalinan operatif, khususnya yang sulit, misalnya ektaksi cunam, dekapitasi, dan sebagainya. 
Pencegahan
  1. pencegahan perdarahan postpartum dapat dilakukan dengan penyuntikan 10 u oksitosin i.m. segera setelah anak lahir pada semua pasien dengan predisposisi perdarahn atonik seperti tersebut di atas.
  2. setelah persalinan operatif yang sulit, dilakukan pemeriksaan dengan spekulum untuk melihat kemungkinan robekan serviks, diikuti eksplorasi rongga rahim untuk mencari ada tidaknya robekan rahim.
Penanganan
  1. gejala yang terpenting dari perdarahan atonia ialah perdarahan dari uterus yang kurang baik kontraksinya. Jika ini terjadi pada kala III, maka pasien segera disuntik 10 u oksitosin i.m. Selanjutnya kandung kemih dikosongkan dan dilakukan masase uterus.
  2. setelah ada tanda pelepasan plasenta, plasenta segera dilahirkan dengan tekanan pada fundus. Jika perdarahan tidak berhenti dan plasenta belum lepas juga, apalagi kalau perdarahan sudah mencapai ± 400 cc atau perdarahan deras sekali, maka plasenta segera dilepaskan secara manual. Robekan serviks dan robekan rahim biasanya ditanggulangi dalam kala IV. Sesuai keadaan, pasien diberi infus atau transfusi dan setelah plasenta lahir dapat disuntikan 0,2 mg methergin i.m. atau i.v.

RETENSIO PLASENTA
  1. istilah retensio plasenta digunakan kalu plasenta belum lahir dalam ⅟2 jam sesudah anak lahir. Sebab retensio plasenta dibagi dalam 2 golongan ialah sebab fungsional dan sebab patologi anatomik. Termasuk sebab fungsional ialah his yang kurang kuat (sebab utama) atau plasenta sulit lepas karena tempat melekatnya kurang menguntungkan seperti di sudut tuba atau karena ukuran plasenta sangat kecil. Dalam sebab patologi anatomik termasuk plasenta akreta.
  2. secara terinci plasenta akreta dibagi dalam plasenta akreta, inkreta atau praketa. Pada plasenta akreta vili korialis menanamkan diri lebih dalam ke dalam dinding rahim daripada biasa ialah sampai ke batas antara endometrium dan miometrium. Pada plasenta inkreta vili korialis masuk ke dalam lapisan otot rahim dan pada perkreta menembus lapisan otot dan mencapai serosa atau menembusnya. Plasenta akreta ada yang kompleta dimana seluruh permukaan plasenta melekat dengan erat pada dinding rahim dan ada parsialis dimana hanya beberapa jbagian saja dari plasenta dengan erat pada dinding rahik. Etiologi retensio plasenta tidak diketahui dengan pasti sebelum tindakan.
Pencegahan
untuk mencegah retensio plasenta dapat disuntikan 0,2 mg methergin i.v. atau 10 u oksitisin i.m. waktu bayi baru lahir.

Penganan
pada semua retensio plasenta diusakan pelepasan plasenta secara manual. Kalau plasenta dengan pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya

MEKANISME PERSALINAN

Posted by Unknown On 03.13
MEKANISME PERSALINAN

Pembagian Partus
Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I yang dinamakan kala pembukaan, serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala II disebut pula kala pengeluaran, oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan ibu mengedan janin didorong keluar sampai akhir. Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. dalam kala itu diamat-amati, apakah tidak terjadi perdarahan pospartum.

KALA I
  1. klinis dapat dinyatakan partus dimulai bisa timbul his dan keluar lendir bersemu darah. lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. mekanisme membukanya servviks berbeda-beda antara primigravida dan multigravida. pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. pada multigravida ostium uteri internum dan eksternum sudah sedikit terbuka. penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama pada pembukaan. ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau lengkap. tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini. 
  2. kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.
KALA II
  1. His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk diruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. wanita merasa pula tekanan pada rektum dan hendak buang besar. kemuadian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum.
  2. setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 12 jam dan pada multigravida rata-rata 2 jam.
KALA III
  1. setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri sedikit diatas pusat.
  2. beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
KALA IV

sumber : ilmu bedah kebidanan, 2010
  • Blogger news

  • Blogroll

  • About